Semua Label
  • Semua Label
  • BUMN
  • D3/S1
  • Erek Erek
  • Fresh Graduate
  • Gaji & Tunjangan
  • Keuangan
  • Magang
  • Manufaktur
  • Perbankan
  • Pertambangan
  • SMA/SMK
  • Tips Karir

10 Rahasia HRD Menyaring Pelamar, Jangan Kaget Baca Ini!

Rahasia HRD Menyaring Pelamar
Rahasia HRD Menyaring Pelamar

Jobloker.co.id, Tips -- Kita semua pernah berada di posisi ini: Sudah bikin CV rapi kayak proposal nikahan, foto formal diambil di studio (pakai jas pinjeman), kirim lamaran via email dengan subjek yang udah sesuai template, eh… balasannya cuma dua kata: “Terima kasih.”

Bahkan kadang tanpa titik.

Lalu muncul pertanyaan besar di kepala:

"Ini CV saya dibaca nggak, sih? Atau cuma numpang lewat kayak angin di kolong meja HRD?"

Tenang. Hari ini kita akan bongkar behind the scene-nya dunia rekrutmen, lengkap dengan rahasia-rahasia HRD yang jarang mereka umbar. Jadi kalau habis baca ini kamu bilang, "Pantesan gue nggak lolos-lolos," ya jangan kaget.

1. CV Kamu Dibaca, Tapi Cuma 6 Detik Pertama

Sebelum kamu marah-marah, kita mulai dari fakta: HRD itu bukan manusia super yang bisa baca CV satu per satu dengan penuh cinta.

Rata-rata mereka punya puluhan sampai ratusan lamaran untuk satu posisi. Dan menurut riset (iya, ini beneran ada risetnya), waktu rata-rata HRD membaca satu CV cuma 6 detik sebelum memutuskan: lanjut atau masuk folder reject.

Jadi, kalau di 6 detik pertama CV kamu nggak catchy, HRD akan bilang dalam hati: “Next.”

Nah, di sinilah rahasianya:

  • Foto profesional itu penting, tapi jangan sampai kayak foto KTP.
  • Judul profil di CV harus “nendang”, jangan cuma “Fresh Graduate” — tulis yang lebih spesifik dan menarik perhatian.
  • Pengalaman relevan di atas, jangan di halaman terakhir kayak post-credit scene film Marvel.

HRD itu kayak orang di Tinder: kalau profil awal nggak menarik, dia swipe left tanpa rasa bersalah.

2. Filter Usia: Nggak Selalu Jahat, Tapi Memang Ada

Banyak pelamar yang kesal karena ada tulisan “Usia maksimal 28 tahun” di lowongan.
Lalu muncul debat panas di media sosial: “Kenapa sih umur 29 dianggap tua?”

Nah, ini rahasia HRD: filter usia itu kadang bukan dari HRD, tapi dari permintaan user (departemen yang butuh karyawan).

Alasannya bisa macam-macam:

  • Perusahaan mau karyawan yang energinya masih kayak kuda pacu.
  • Gaji entry level yang ditawarkan biasanya cocok buat fresh graduate, bukan buat orang yang udah 10 tahun kerja.
  • Posisi yang sifatnya fast learning sering nyari yang adaptasinya cepat (meski nggak semua orang muda pasti cepat belajar).

Jadi, bukan HRD yang benci kamu karena umur, tapi memang aturannya datang dari atas.
Kalau udah mentok begini, yang bisa kamu lakukan adalah cari lowongan yang memang nggak membatasi usia atau main di jalur networking biar bisa bypass filter formal.

3. ATS: Robot yang Menentukan Nasibmu

Sebelum CV kamu dibaca HRD manusia, kemungkinan besar dia lewat dulu di ATS (Applicant Tracking System).

ATS ini semacam robot HRD yang tugasnya nyaring CV berdasarkan kata kunci (keywords).

Artinya?

Kalau di lowongan tertulis “Menguasai Microsoft Excel” tapi di CV kamu cuma tulis “Bisa bikin tabel di komputer,” ATS mungkin nggak ngenalin itu sebagai skill yang diminta. Dan CV kamu langsung meluncur ke tong sampah digital.

Rahasia main di sini:

  • Gunakan kata kunci yang sama dengan di lowongan.
  • Format CV sederhana, jangan pakai desain heboh yang bikin ATS bingung.
  • Jangan simpan file dalam format aneh. PDF atau DOCX aman.

ATS itu ibarat gatekeeper. Kalau kamu gagal di sini, HRD manusia bahkan nggak akan tahu kamu pernah melamar.

4. “Anak Dalam” Memang Ada

Ya, mari kita obrolin bagian yang bikin banyak pelamar ngelus dada: “Anak dalam” alias kandidat yang sudah punya koneksi di perusahaan.

Rahasia HRD: Yes, mereka memang ada.

Tapi jangan salah paham, nggak selalu berarti proses seleksi jadi bohong-bohongan. Kadang kandidat internal atau rekomendasi memang sudah lebih teruji dan dikenal sama perusahaan.

Tips buat kamu yang nggak punya “orang dalam”:

  • Bangun networking lewat LinkedIn atau acara job fair.
  • Ikut komunitas profesional di bidangmu.
  • Jangan males kirim direct message yang sopan dan profesional ke orang yang bekerja di perusahaan incaran.

Ingat, networking itu bukan nyogok. Itu memperluas kesempatan supaya orang mengenal kamu sebelum membaca CV.

5. Tes Psikologi: Bukan Untuk Menjebak

Banyak pelamar mengira tes psikologi itu cuma formalitas atau malah trik HRD buat bikin kamu bingung.
Padahal tes ini memang dipakai untuk melihat kesesuaian kepribadian, pola pikir, dan kemampuan kamu dengan posisi yang dibutuhkan.

Misalnya, kalau posisi butuh orang super teliti (kayak akuntan), tapi hasil tes kamu menunjukkan tipe “seniman bebas” yang lebih suka improvisasi, kemungkinan besar kamu bakal kalah dari kandidat lain yang sesuai.

Rahasia lulus di sini:

  • Tidur cukup sebelum tes (serius, otak butuh istirahat).
  • Jangan mencoba “memanipulasi” jawaban biar terlihat sempurna — HRD bisa mencium itu.
  • Fokus dan jangan terburu-buru.

6. Interview: Bukan Cuma Jawab Pertanyaan, Tapi Bangun Kesan

Tahap interview adalah saat HRD menilai dua hal sekaligus: kemampuan dan kepribadian.
Kadang, skill kamu oke, tapi kalau attitude bikin ilfeel, ya wassalam.

Beberapa rahasia interview dari sisi HRD:

  • Datang tepat waktu. Terlambat 5 menit aja udah bikin nilai minus.
  • Jangan hafalan mentah. HRD bisa tahu kalau kamu ngomong seperti baca skrip.
  • Tunjukkan antusiasme, tapi jangan lebay sampai kayak jualan MLM.

Dan ini yang jarang dibahas: HRD juga menilai cara kamu bertanya balik. Kalau di akhir interview kamu cuma bilang “Nggak ada pertanyaan,” itu sinyal kamu kurang penasaran sama perusahaan.

7. Media Sosial Kamu Bisa Jadi “Medan Perang”

Rahasia berikutnya: beberapa HRD memang cek media sosial kandidat sebelum memutuskan.
Bukan buat stalking gosip, tapi untuk melihat:

  • Apakah kamu sering bikin postingan yang bisa memicu masalah reputasi.
  • Apakah kamu punya interaksi profesional yang relevan dengan pekerjaan.
  • Bagaimana gaya komunikasi kamu di luar kantor.

Jadi, kalau akun Instagram kamu isinya cuma update “lagi males kerja” atau posting meme menghina bos, mungkin saatnya bersih-bersih timeline sebelum melamar.

8. Penilaian Itu Nggak Selalu 100% Objektif

Kita harus jujur: seprofesional apapun HRD, mereka tetap manusia. Artinya, ada faktor chemistry yang nggak bisa diukur dengan angka.

Kadang, dua kandidat punya skill dan pengalaman yang sama, tapi HRD memilih yang mereka rasa lebih click secara personal.

Apakah ini adil? Nggak selalu. Tapi ini realita.

Itulah kenapa membangun kesan positif dan komunikasi yang enak itu krusial. Skill memang bikin kamu masuk pintu, tapi attitude yang bikin kamu duduk di kursi.

9. Follow-Up Itu Nggak Haram

Banyak pelamar yang takut menghubungi HRD setelah interview karena takut dibilang “nekat” atau “ganggu.”

Padahal, follow-up yang sopan justru menunjukkan kalau kamu serius.

Rahasia HRD: selama kamu nggak nge-chat tiap hari kayak mantan posesif, follow-up itu bisa jadi pengingat halus bahwa kamu kandidat yang proactive.

Contoh kalimat follow-up sopan:

“Halo Mbak/Bapak [Nama], terima kasih atas kesempatan interview kemarin. Saya ingin menanyakan update terkait proses seleksi untuk posisi [Posisi]. Terima kasih sebelumnya.”

10. HRD Itu Bukan Musuhmu

Banyak pelamar menganggap HRD itu villain di cerita mereka. Padahal, HRD sebenarnya mau banget menemukan kandidat terbaik — karena kalau posisi nggak terisi, mereka yang pusing.

Masalahnya, mereka bekerja di bawah aturan, target, dan batasan yang kadang bikin keputusan terasa “kejam.”

Jadi, kalau nggak lolos, itu belum tentu berarti kamu jelek. Bisa jadi memang belum match dengan kebutuhan saat itu.

Kesimpulan

Sekarang kamu udah tahu rahasia HRD dalam menyaring pelamar: dari ATS yang kejam, filter usia yang kadang tak terelakkan, sampai faktor chemistry yang bikin seleksi nggak selalu objektif.

Artinya?
Kamu nggak boleh cuma mengandalkan doa dan keberuntungan. Harus main strategi:

  • Optimalkan CV buat ATS dan manusia.
  • Bangun networking sebelum melamar.
  • Persiapkan interview bukan cuma buat jawab, tapi juga buat membangun koneksi.
  • Jaga jejak digital.
  • Dan yang paling penting: jangan menyerah cuma gara-gara satu (atau sepuluh) penolakan.

Ingat, di balik meja HRD itu bukan robot jahat, tapi manusia yang juga pengen dapat kandidat terbaik.
Kalau kamu bisa bikin mereka mikir, “Wah, ini nih yang gue cari,” berarti misi kamu berhasil.

Good luck ya ~

DISCLAIMER!! Seluruh informasi lowongan kerja yang ditampilkan di situs ini disediakan semata-mata sebagai bahan referensi. Kami tidak memiliki keterkaitan atau kerja sama resmi dengan instansi atau perusahaan penyedia lowongan tersebut. Untuk memastikan keakuratan informasi, kami sangat menyarankan agar pembaca melakukan verifikasi langsung melalui situs resmi atau kanal komunikasi resmi instansi terkait.

Informasi mengenai gaji, kualifikasi, deskripsi pekerjaan, dan tunjangan yang tercantum bersifat estimatif dan dapat berbeda dari informasi sebenarnya.

Waspadai penipuan! Proses rekrutmen resmi tidak memungut biaya apapun. Jika ada pihak yang mengatasnamakan instansi tertentu dan meminta pembayaran dalam bentuk apapun, harap berhati-hati dan segera lakukan pengecekan lebih lanjut.

Kami menegaskan bahwa situs ini tidak pernah meminta biaya kepada pengguna untuk mengakses informasi lowongan kerja yang tersedia.

Posting Komentar