9+ Contoh Pertanyaan Interview Kerja dan Jawabannya: Ini Cerita dari Pengalaman (dan Hasil Kepo-Kepo!)
![]() |
| Contoh Pertanyaan Interview Kerja dan Jawabannya |
Jobloker.co.id, Tips Karir -- Nah, pada pembahasa kali ini kita akan sedikti berikan Contoh Interview Kerja dan Jawabannya berdasarkan pengalaman dari beberapa orang yang pernah melakukan interview kerja, ini bakalan seru dah!
Kalau ngomongin interview kerja, jujur saya masih suka deg-degan setiap kali inget momen itu.
Rasanya kayak mau ujian skripsi, tapi bedanya yang di depan bukan dosen killer, melainkan HRD yang bisa menentukan nasib kita: lolos atau nggak.
Saya pernah ngalamin beberapa kali sesi wawancara, mulai dari yang super singkat sampai yang bikin kepala serasa diperas karena ditanya terus-menerus.
Dan percaya atau nggak, banyak banget pola pertanyaan yang mirip. Jadi, kalau kamu lagi siap-siap buat interview, sebenarnya bisa kok diprediksi pertanyaannya. Tinggal kita pinter-pinter jawab biar kesannya bukan sekadar “hafalan Google”.
Nah, di artikel ini saya mau cerita pengalaman pribadi saya plus beberapa contoh pertanyaan interview kerja dan jawabannya. Siapa tahu bisa jadi bekal kamu yang lagi siap-siap ketemu HRD atau atasan langsung.
Pertanyaan Klasik: “Coba ceritakan tentang diri kamu”
Pertanyaan pembuka yang selalu muncul. Awalnya saya mikir, "Lah, kan CV saya udah lengkap, kenapa mesti cerita lagi?" Tapi ternyata, tujuan HRD itu bukan cuma pengen tahu isi CV, melainkan cara kita menyampaikan diri.
Jawaban yang biasanya saya kasih:
“Saya lulusan X jurusan Y, punya pengalaman di bidang Z sekitar dua tahun. Selama itu saya terbiasa meng-handle pekerjaan seperti A, B, dan C. Saya juga tipe orang yang cepat beradaptasi dan suka belajar hal baru. Karena itu saya tertarik melamar di perusahaan ini, supaya bisa berkembang sekaligus berkontribusi.”
Tapi biar lebih cair, biasanya saya selipkan sesuatu yang bikin suasana nggak terlalu kaku.
Misalnya:
“Oh iya, saya juga punya hobi fotografi. Jadi kadang-kadang kalau stress sama kerjaan, saya refreshing dengan hunting foto. Lumayan, bisa bikin kepala adem lagi.”
Percaya deh, HRD lebih suka kandidat yang jawabnya natural ketimbang kayak baca teks hafalan.
Pertanyaan “Kenapa tertarik melamar di perusahaan ini?”
![]() |
| Pertanyaan Saat Interview Kerja |
Saya ingat banget, waktu ditanya gini, sempat kejebak jawab template: “Karena perusahaan ini besar dan punya reputasi baik.”
Keliatannya aman, tapi ternyata klise banget. HRD pasti udah dengar kalimat itu ratusan kali.
Akhirnya, saya belajar jawab dengan cara lebih personal.
“Karena saya lihat perusahaan ini fokus di bidang teknologi digital, yang menurut saya sangat berkembang sekarang. Saya pribadi memang tertarik banget sama dunia digital marketing, jadi saya merasa cocok dan bisa banyak belajar di sini.”
Kalau bisa, hubungkan jawaban dengan passion atau pengalaman pribadi. Itu jauh lebih meyakinkan.
Pertanyaan jebakan: “Apa kelemahan kamu?”
Nah, ini yang sering bikin saya mikir keras. Kalau jawab kelemahan asli, takut dianggap nggak layak. Kalau jawab terlalu positif (alias kelemahan yang sebenarnya kelebihan), takut HRD merasa saya “sales banget”.
Akhirnya saya biasanya jawab dengan jujur tapi kasih solusi.
Contohnya:
“Kelemahan saya itu kadang terlalu detail dan ingin semua sempurna, jadi kadang bisa menghabiskan waktu lebih lama. Tapi sekarang saya belajar pakai to-do list dan deadline kecil biar lebih seimbang antara detail sama efisiensi.”
Jadi, intinya: akui kelemahan, tapi tunjukkan kalau kamu berusaha memperbaiki.
Pertanyaan yang bikin mikir: “Kenapa kami harus memilih kamu?”
Kalau ditanya ini, rasanya kayak ikut audisi bakat. “Kenapa harus kamu? Kandidat lain juga bagus.”
Waktu pertama kali dengar, saya sempat kaget dan jawab seadanya: “Karena saya pekerja keras.”
Hasilnya? Kurang meyakinkan.
Belakangan saya ganti strategi:
“Saya punya pengalaman di bidang yang sesuai dengan posisi ini. Selain itu, saya tipe orang yang mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan cepat belajar. Jadi saya yakin bisa memberikan kontribusi nyata sejak awal.”
Boleh juga kalau kamu tambahin poin unik yang bikin beda.
Misalnya:
“Selain pengalaman kerja, saya terbiasa bekerja dalam tim lintas divisi. Jadi komunikasi dan koordinasi sudah biasa saya lakukan. Saya rasa ini akan bermanfaat di posisi ini.”
Pertanyaan bonus: “Berapa gaji yang kamu harapkan?”
Waktu pertama kali ditanya ini, saya jawab polos: “Sesuai UMR aja, Pak.”
Dan… saya nyesel. Karena ternyata perusahaan bisa kasih lebih, tapi karena jawaban saya terlalu rendah, jadinya ya dapetnya standar.
Belajar dari situ, saya sekarang selalu riset dulu soal kisaran gaji di industri dan posisi yang saya lamar. Jawaban aman biasanya begini:
“Berdasarkan riset saya, posisi ini biasanya di kisaran X sampai Y. Saya berharap bisa ada di range tersebut, tapi tentu saja bisa didiskusikan sesuai dengan kebijakan perusahaan.”
Kalau gitu, kita terlihat realistis tapi tetap fleksibel.
Pertanyaan: “Apa rencana kamu lima tahun ke depan?”
Pertama kali dengar ini, saya agak bingung. Kok kayak sesi motivasi?
Ternyata maksudnya HRD pengen tahu apakah kita orang yang visioner atau nggak.
Jawaban standar saya:
“Dalam lima tahun ke depan, saya ingin berkembang di bidang ini dan punya tanggung jawab yang lebih besar, mungkin bisa memimpin sebuah tim. Jadi saya berharap bisa belajar banyak dari perusahaan ini untuk mencapai target tersebut.”
Kalau kamu jawab “ingin jadi pengusaha” di luar bidang perusahaan, ya siap-siap aja dianggap nggak loyal.
Beberapa pertanyaan lain yang sering muncul
Selain pertanyaan-pertanyaan klasik tadi, ada juga yang lebih spesifik:
- “Coba ceritakan pengalaman paling sulit saat kerja, dan bagaimana kamu mengatasinya.”
- “Bagaimana cara kamu menghadapi konflik dengan rekan kerja?”
- “Kalau diberi tugas mendadak dengan deadline singkat, apa yang kamu lakukan?”
Saya biasanya jawab dengan cerita nyata. Misalnya, pernah ada proyek dengan deadline super mepet. Saya ceritakan gimana saya bikin prioritas, minta bantuan tim, dan akhirnya bisa selesai tepat waktu.
Cerita nyata itu lebih kuat daripada teori. HRD suka yang konkret, bukan sekadar “saya bisa, saya mampu.”
Tips kecil ala saya biar nggak kaku waktu interview
- Latihan ngomong di depan kaca. Kedengarannya klise, tapi jujur ini ngebantu. Saya jadi tahu ekspresi saya sendiri.
- Jangan takut jeda sebentar. Kadang kita mikir harus langsung jawab. Padahal, ambil napas dulu biar jawaban lebih rapi.
- Tersenyum itu penting. Bukan berarti ketawa-ketawa, tapi senyum bisa bikin suasana lebih cair.
- Pakai pakaian yang bikin nyaman. Bukan berarti santai kayak mau nongkrong, tapi jangan sampai baju bikin kita malah grogi sendiri.
Interview itu bukan sekadar tes!
Semakin sering saya ikut interview, semakin sadar kalau ini sebenarnya bukan cuma HRD yang menilai kita, tapi kita juga bisa menilai perusahaan.
Cocok nggak sih dengan budaya mereka? Vibenya enak nggak?
Saya pernah ketemu HRD yang jutek banget, bikin saya mikir, “Wah, kalau suasana kerja di sini kayak gini, kayaknya saya nggak bakal betah.”
Jadi, jangan lupa juga tanya balik saat dikasih kesempatan:
- “Bagaimana budaya kerja di sini?”
- “Apakah ada kesempatan training atau pengembangan diri?”
- “Tim saya nanti akan bekerja sama dengan siapa saja?”
Pertanyaan balik itu bukan basa-basi. Justru bikin kita terlihat serius dan punya inisiatif.
Penutup
Jadi, itulah sedikit cerita saya soal contoh interview kerja dan jawabannya. Kalau dirangkum, kuncinya cuma tiga:
- Jawab dengan jujur tapi tetap strategis.
- Selalu kasih contoh nyata, jangan teori doang.
- Jangan lupa kita juga punya hak menilai perusahaan.
Akhirnya, interview itu mirip kencan pertama. Sama-sama pengen tahu cocok atau nggak. Jadi, nggak perlu terlalu takut atau merasa HRD itu “hakim”. Anggap aja ngobrol serius, tapi dengan versi terbaik dari diri kita.
Dan kalaupun gagal? Tenang. Itu bukan berarti kamu jelek, mungkin memang belum jodoh sama perusahaan itu. Toh, masih banyak lowongan lain yang bisa kamu coba.
Jadi, gimana? Kamu sendiri pernah punya pengalaman interview yang bikin deg-degan atau malah lucu?
Semoga informasi ini bermanfaat ya ~
DISCLAIMER!! Seluruh informasi lowongan kerja yang ditampilkan di situs ini disediakan semata-mata sebagai bahan referensi. Kami tidak memiliki keterkaitan atau kerja sama resmi dengan instansi atau perusahaan penyedia lowongan tersebut. Untuk memastikan keakuratan informasi, kami sangat menyarankan agar pembaca melakukan verifikasi langsung melalui situs resmi atau kanal komunikasi resmi instansi terkait.
Informasi mengenai gaji, kualifikasi, deskripsi pekerjaan, dan tunjangan yang tercantum bersifat estimatif dan dapat berbeda dari informasi sebenarnya.
Waspadai penipuan! Proses rekrutmen resmi tidak memungut biaya apapun. Jika ada pihak yang mengatasnamakan instansi tertentu dan meminta pembayaran dalam bentuk apapun, harap berhati-hati dan segera lakukan pengecekan lebih lanjut.
Kami menegaskan bahwa situs ini tidak pernah meminta biaya kepada pengguna untuk mengakses informasi lowongan kerja yang tersedia.



Posting Komentar